Menurut Wapres, pertumbuhan ekonomi Thailand jauh merosot karena bukan hanya persoalan politik, saling mengkudeta para penguasanya, tetapi juga persoalan ekonomi. "Demikian juga Filipina, bahkan India dan Pakistan, apalagi pertumbuhan di Burma yang lebih merosot lagi," kata Kalla memberi contoh.
Meskipun pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih baik, lanjut Wapres, banyak orang Indonesia yang justru pesimis bahkan khawatir dengan dampak krisis tersebut. "Jadi justru bangsa kita sendiri yang menganggap krisis itu benar-benar terjadi di Indonesia. Padahal orang lain justru menganggap kita lebih baik. Misalnya, saya ditanya wartawan asing mengapa pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak jauh merosot dibanding negara ASEAN lainnya," katanya.
Wapres mengatakan, krisis keuangan yang berdampak itu justru sebenarnya menimpa Amerika Serikat sendiri dan sejumlah negara yang menjadi pengekspor ke Amerika. "Misalnya China, ekspor mereka sangat besar ke Amerika. Saat kebutuhan masyarakat Amerika menurun, ekspor mereka (China) akhirnya ikut terpukul. Akan tetapi, dibanding Indonesia, ekspor kita tidak menurun karena komoditas yang kita ekspor adalah bahan pokok. Jadi, kalau orang Amerika mengurangi konsumsi membeli mobil dan barang sekunder lainnya, mereka tidak mengurangi minum kopi, makan cokelat, dan menggunakan minyak goreng yang kita ekspor," paparnya.
Lebih lauh, Wapres Kalla menjelaskan, sekalipun pasar modal Indonesia ikut terimbas, tetapi yang main saham di Indonesia kurang dari 1 persen sehingga dampaknya tidak terlalu besar. Sebaliknya, yang terjadi di Singapura justru berbeda. "Masyarakatnya bermain saham hampir 60 persen sehingga Singapura termasuk yang ikut terpukul, sedangkan kita tidak," ujarnya.
Diakui Wapres Kalla, memang ada bank yang ambruk, "Tapi ambruknya itu dirampok sendiri oleh pemiliknya. Karena itu, saya tidak setuju adanya jaminan kredit bagi bank atau blanket guarantee. Resep bagi bank yang dirampok pemiliknya bukan blanket guarantee, tapi jaminan selimut di dalam rumah tahanan," katanya. (kompas.com)
0 komentar :
Posting Komentar