Sampai saat ini kepercayaan cukup unik yang masih berlangsung bagi sebagian wisatawan yang mendatangi objek wisata spiritual Jumprit di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah adalah, membuang sial dengan cara membuang celana dalam. "Keunikan sebagian wisatawan membuang sial dengan membuang celdam bahkan kutang (BH) di sungai dekat kolam tempat mata air objek wisata spiritual ini masih berlangsung. Keunikan ini justru menjadi daya tarik bagi masyarakat yang ingin mengunjungi tempat itu," kata Prastawa seorang pemerhati wisata spiritual di Temanggung, Jumat (9/1).
Menurut dia, ow ini erat kaitannya dengan legenda Kyai Nujum Majapahit yang tertulis dalam serat chentini, dan di dekat sumber mata air Jumprit di Kecamatan Ngadirejo itu terdapat makam Ki Jumprit.
Di sini, katanya, wisatawan yang melakukan ziarah, setelah bersemedi atau berdoa di dekat makam Ki Jumprit kemudian melaksanakan mandi kungkum di kolam dekat mata air Jumprit, bagi mereka yang percaya, untuk membuang sial supaya membuang cawat maupun kutang.
Selain kepercayaan itu, pada objek wisata yang berjarak 26 km dari kota Temanggung ini terdapat sumber mata air yang sering digunakan setiap tahun sebagai "air berkah" untuk upacara Tri Suci Waisak, katanya.
Ketika dihubungi dari Semarang, ia menambahkan, menjelang pelaksanaan upacara Tri Suci Waisak, pengunjung ke OW Jumprit meningkat, biasanya yang datang pada hari biasa antara empat hingga tujuh rombongan, namun menjelang upacara Tri Suci Waisak bisa menjadi 10 hingga 25 rombongan, dan rata-rata rombongan pengunjung menggunakan mobil pribadi dengan penumpang setiap mobil antara lima hingga 10 orang.
Sampai dengan saat ini objek wisata ini sangat diminati oleh wisatawan, selain ingin melakukan spiritual di tempat ini juga menikmati keindahan alam pegunungan Sindoro.
Dari kota Temanggung hingga lokasi wisata ini jalannya berkelak-kelok dan beraspal, sehingga sangat memudahkan wisatawan mengunjungi lokasi wisata tersebut.
Menurut dia, biasanya pada hari dan weton tertentu OW Jumprit sering dikunjungi wisatawan dari Yogyakarta, Surabaya, Solo, Semarang, dan Jakarta, misalnya malam Jumat Kliwon, Selasa Kliwon, Rabu Wage dan weton atau hari tertentu lainnya
"Udara di objek wisata ini sangat sejuk karena pada ketinggian 800 meter di atas permukaan laut. Selain itu, di lokasi ini terdapat monyet-monyet jinak. Namun, pada wisatawan yang berkunjung ke lokasi wisata ini diingatkan berhati-hati jika membawa benda berkilau, seperti cermin dan kacamata. Sebab, meski jinak, monyet-monyet di lokasi ini bisa merampas benda-benda berkilau itu," katanya. (tribunbatam.co.id)
Menurut dia, ow ini erat kaitannya dengan legenda Kyai Nujum Majapahit yang tertulis dalam serat chentini, dan di dekat sumber mata air Jumprit di Kecamatan Ngadirejo itu terdapat makam Ki Jumprit.
Di sini, katanya, wisatawan yang melakukan ziarah, setelah bersemedi atau berdoa di dekat makam Ki Jumprit kemudian melaksanakan mandi kungkum di kolam dekat mata air Jumprit, bagi mereka yang percaya, untuk membuang sial supaya membuang cawat maupun kutang.
Selain kepercayaan itu, pada objek wisata yang berjarak 26 km dari kota Temanggung ini terdapat sumber mata air yang sering digunakan setiap tahun sebagai "air berkah" untuk upacara Tri Suci Waisak, katanya.
Ketika dihubungi dari Semarang, ia menambahkan, menjelang pelaksanaan upacara Tri Suci Waisak, pengunjung ke OW Jumprit meningkat, biasanya yang datang pada hari biasa antara empat hingga tujuh rombongan, namun menjelang upacara Tri Suci Waisak bisa menjadi 10 hingga 25 rombongan, dan rata-rata rombongan pengunjung menggunakan mobil pribadi dengan penumpang setiap mobil antara lima hingga 10 orang.
Sampai dengan saat ini objek wisata ini sangat diminati oleh wisatawan, selain ingin melakukan spiritual di tempat ini juga menikmati keindahan alam pegunungan Sindoro.
Dari kota Temanggung hingga lokasi wisata ini jalannya berkelak-kelok dan beraspal, sehingga sangat memudahkan wisatawan mengunjungi lokasi wisata tersebut.
Menurut dia, biasanya pada hari dan weton tertentu OW Jumprit sering dikunjungi wisatawan dari Yogyakarta, Surabaya, Solo, Semarang, dan Jakarta, misalnya malam Jumat Kliwon, Selasa Kliwon, Rabu Wage dan weton atau hari tertentu lainnya
"Udara di objek wisata ini sangat sejuk karena pada ketinggian 800 meter di atas permukaan laut. Selain itu, di lokasi ini terdapat monyet-monyet jinak. Namun, pada wisatawan yang berkunjung ke lokasi wisata ini diingatkan berhati-hati jika membawa benda berkilau, seperti cermin dan kacamata. Sebab, meski jinak, monyet-monyet di lokasi ini bisa merampas benda-benda berkilau itu," katanya. (tribunbatam.co.id)
0 komentar :
Posting Komentar