Dia merupakan peserta paling renta di antara 927 santri TPA/TPQ yang sebagian besar adalah anak-anak. Memang ada 58 santri TPQ yang telah berusia setengah baya dan diwisuda pada acara tersebut.
"Saya mengaji buat bekal, dan agar lebih mengenal Tuhan dari apa yang saya baca," katanya menuturkan. Nenek yang tinggal di Desa Gunung Sari, Kabupaten Madiun, ini mengaku, belajar mengaji hanya lima bulan saja, tetapi sudah fasih mengumandangkan ayat-ayat Tuhan, bahkan mampu menghafal seluruh isi Jus-Amma.
Dia mengatakan, meski awalnya enggan, kini hampir setiap hari ia pergi ke masjid dekat rumahya (Masjid Al-amin) untuk belajar mengaji bersama tetangga sekitar. Nurul Hidayati (58), ustazah yang mengajarinya mengaji menuturkan, sebenarnya tidak sukar untuk mengajarkan baca-tulis Al-quran kepada orang tua seperti nenek Kasiah. Hanya kesalahan pelafalan huruf saja yang sering terjadi.
Meski di tempat pengajian yang dipimpinnya hanya terdapat 20 Al-quran dan hanya dua yang dapat digunakan, tempatnya tidak pernah sepi dari orang yang ingin belajar mengaji. Saat ini saja sudah berjumlah lebih 200 santri dari segala umur. Ustazah yang juga pensiunan guru SD tersebut berharap, ada pihak yang dapat membantu kesulitan terkait dengan prasarana dan sarana pendukung pengajian yang telah didirikannya sejak tahun 1991 silam. (kompas.com)
1 komentar :
Salut buat nenek....
Posting Komentar