Mantan Menteri Luar Negeri Ali Alatas meninggal dunia hari ini. Juru bicara Departemen Luar Negeri Teuku Faizasyah mengatakan, Ali Alatas meninggal dunia di Rumah Sakit Mount Elizabeth, Singapura, sekitar pukul 07.10 waktu setempat.
“Beliau menderita sakit sudah cukup lama,” kata Teuku ketika dihubungi tvOne, Kamis (11/12). Teuku enggan menyebut dengan pasti penyakit yang diderita Ali Alatas. Dia menambahkan, hingga saat ini masih belum ada kepastian kapan jenazah akan dibawa kembali ke Jakarta.
“Bisa jadi hari ini, atau mungkin juga besok,” katanya. Dia juga masih belum bisa memastikan, dimana diplomat senior itu akan dimakamkan.
Ali Alatas lahir di Jakarta, 4 November 1932. Dia pernah menjabat Menteri Luar Negeri (1987-1999) pada empat kabinet dan pernah dinominasikan menjadi Sekjen PBB oleh sejumlah negara Asia pada tahun 1996. Ali meniti karir sebagai diplomat sejak berusia 22 tahun. Ia mengawali tugas diplomatnya sebagai Sekretaris Kedua di Kedutaan Besar RI Bangkok (1956-1960).
Sebelumnya, Ali juga aktif dalam jurnalistik sebagai korektor Harian Niewsgierf (1952-1952) dan redaktur Kantor Berita Aneta (1953-1954). Selesai bertugas di Kedubes RI Bangkok, ia kemudian menjabat Direktur Penerangan dan Hubungan Kebudayaan Departemen Luar Negeri (1965-1966).
Lalu ditugaskan menjabat Konselor Kedutaan Besar RI di Washington (1966-1970). Kembali lagi ke tanah air, menjabat Direktur Penerangan Kebudayaan (1970-1972), Sekretaris Direktorat Jenderal Politik Departemen Luar Negeri (1972-1975), Staf Ahli, dan Kepala Sekretaris Pribadi Menteri Luar Negeri (1975-1976).
Kemudian, Ali ditugaskan untuk menjadi Wakil Tetap RI di PBB Jenewa (1976-1978). Setelah kembali di Indonesia, ia menjabat Sekretaris Wakil Presiden (1978-1982). Lalu ia kembali dipercaya untuk mengemban tugas sebagai Wakil Tetap Indonesia di PBB, New York (1983-1987).
Selanjutnya, Ali diangkat menjadi Menteri Luar Negeri (1987-1999) dalam empat kabinet masa pemeritahan Soeharto dan B.J. Habibie. Pada masa pemerintahan Abdurrahman Wahid, Ali menjabat sebagai penasihat. Kemudian pada pemerintahan Megawati Sukarnoputri, Ali diangkat kembali menjadi Penasihat Presiden untuk Urusan Luar Negeri.
Sebagai penasehat presiden Ali telah menjalankan misi diplomatik ke berbagai negara, termasuk ke Swedia. Ia juga berkesempatan mengisi waktu dengan menjadi pengacara, sebagai salah satu penasihat hukum di Biro Pengacara Makarim dan Taira's. (tvone.com)
“Beliau menderita sakit sudah cukup lama,” kata Teuku ketika dihubungi tvOne, Kamis (11/12). Teuku enggan menyebut dengan pasti penyakit yang diderita Ali Alatas. Dia menambahkan, hingga saat ini masih belum ada kepastian kapan jenazah akan dibawa kembali ke Jakarta.
“Bisa jadi hari ini, atau mungkin juga besok,” katanya. Dia juga masih belum bisa memastikan, dimana diplomat senior itu akan dimakamkan.
Ali Alatas lahir di Jakarta, 4 November 1932. Dia pernah menjabat Menteri Luar Negeri (1987-1999) pada empat kabinet dan pernah dinominasikan menjadi Sekjen PBB oleh sejumlah negara Asia pada tahun 1996. Ali meniti karir sebagai diplomat sejak berusia 22 tahun. Ia mengawali tugas diplomatnya sebagai Sekretaris Kedua di Kedutaan Besar RI Bangkok (1956-1960).
Sebelumnya, Ali juga aktif dalam jurnalistik sebagai korektor Harian Niewsgierf (1952-1952) dan redaktur Kantor Berita Aneta (1953-1954). Selesai bertugas di Kedubes RI Bangkok, ia kemudian menjabat Direktur Penerangan dan Hubungan Kebudayaan Departemen Luar Negeri (1965-1966).
Lalu ditugaskan menjabat Konselor Kedutaan Besar RI di Washington (1966-1970). Kembali lagi ke tanah air, menjabat Direktur Penerangan Kebudayaan (1970-1972), Sekretaris Direktorat Jenderal Politik Departemen Luar Negeri (1972-1975), Staf Ahli, dan Kepala Sekretaris Pribadi Menteri Luar Negeri (1975-1976).
Kemudian, Ali ditugaskan untuk menjadi Wakil Tetap RI di PBB Jenewa (1976-1978). Setelah kembali di Indonesia, ia menjabat Sekretaris Wakil Presiden (1978-1982). Lalu ia kembali dipercaya untuk mengemban tugas sebagai Wakil Tetap Indonesia di PBB, New York (1983-1987).
Selanjutnya, Ali diangkat menjadi Menteri Luar Negeri (1987-1999) dalam empat kabinet masa pemeritahan Soeharto dan B.J. Habibie. Pada masa pemerintahan Abdurrahman Wahid, Ali menjabat sebagai penasihat. Kemudian pada pemerintahan Megawati Sukarnoputri, Ali diangkat kembali menjadi Penasihat Presiden untuk Urusan Luar Negeri.
Sebagai penasehat presiden Ali telah menjalankan misi diplomatik ke berbagai negara, termasuk ke Swedia. Ia juga berkesempatan mengisi waktu dengan menjadi pengacara, sebagai salah satu penasihat hukum di Biro Pengacara Makarim dan Taira's. (tvone.com)
0 komentar :
Posting Komentar