Indonesia merupakan negara kedua di dunia setelah Brasil yang memiliki keaneka-ragaman hayati tertinggi yang berada di kawasan 'Wallaccea' Sulawesi yang ditemukan peneliti Alfred Russel Wallace.
"Wallace adalah orang pertama yang menyadari fenomena kekhasan geologi Sulawesi, padahal dia bukanlah seorang ahli geologi melainkan seorang naturalis, patut dihargai penemuannya bagi masa depan bangsa Indonesia khususnya di wilayah Timur Indonesia," kata Wakil Gubernur Sulawesi Selatan, Agus Arifin Nu'mang di Makassar, Rabu (10/12) malam.
Pada Pembukaan International Conference On Alfred Russel Wallace And The Wallace di Baruga Sangiaseri Gubernuran, Makassar, Wagub mengatakan, keunikan sejarah pembentukan Sulawesi beserta pulau-pulau satelitnya mulai disadari bahwa hasil pengamatannya terhadap kekhasan flora-fauna Sulawesi yang berbeda dengan pulau besar lainnya.
"Ini sebuah karya ilmiah yang fenomenal yang menjadikan Wallace sebagai ilmuwan peletak dasar ilmu biografi yang mempelajari penyebaran flora dan fauna di kawasan itu," imbuh Agus.
Karena itu, lanjutnya, warisan terbesar penemu asal Amerika ini justru merupakan sejarah yang terlupakan namun kemudian diangkat ke permukaan oleh BJ. Habibie, salah satu putra Sulawesi pada tahun 1992 dengan mengabadikan nama Wallace menjadi sebuah lembaga bernama 'Yayasan Pengembangan Wallaccea'.
Kegiatan penemuan di bidang medis dari keaneka-ragaman hayati kelautan merupakan bukti nyata pentingnya Wallace digali dan diteliti para peneliti di bidang tersebut, termasuk dari LIPI guna melanjutkan dan mengembangkan penelitian biologi seperti yang pernah dilakukan Alfred Russel dar kepulauan Raja Ampat hingga Maluku.
"Kita berharap hasil penelitian itu dapat bermanfaat bagi kemaslahatan dan kemakmuran rakyat Indonesia," ujarnya seraya mengajak peneliti dari berbagai Perguruan Tinggi khususnya di Kawasan Timur Indonesia (KTI) untuk bergabung dalam ekspedisi penelitian dari LIPI guna menggali potensi alam di wilayah Wallacea.
Menurut mantan Ketua DPRD Sulsel, kawasan Wallacea masih menjanjikan terciptanya karya-karya baru di bidang ini yang lebih bersejarah bagi masa depan bangsa Indonesia.
Ia mengajak peserta konferensi tersebut khususnya dari negara sahabat yang ikut dalam pertemuan ini untuk menyempatkan waktu mengunjungi Taman Nasional Bantimurung kabupaten Maros, 35 kilometer utara Makassar, yang memiliki keaneka-ragaman hayati yang merupakan salah satu tempat AR. Wallace mengadakan penelitian sebelum melanjutkan perjalanannya ke Sulawesi Utara dan Kepulauan Maluku.
Peserta International Conference on Alfred Russel Wallace and The Wallacea yang diikuti sekitar 200 orang peneliti dari berbagai negara, dirangkaikan memperingati 150 tahun 'Letter From Ternate' yang ditulis Wallace. (inilah.com)
"Wallace adalah orang pertama yang menyadari fenomena kekhasan geologi Sulawesi, padahal dia bukanlah seorang ahli geologi melainkan seorang naturalis, patut dihargai penemuannya bagi masa depan bangsa Indonesia khususnya di wilayah Timur Indonesia," kata Wakil Gubernur Sulawesi Selatan, Agus Arifin Nu'mang di Makassar, Rabu (10/12) malam.
Pada Pembukaan International Conference On Alfred Russel Wallace And The Wallace di Baruga Sangiaseri Gubernuran, Makassar, Wagub mengatakan, keunikan sejarah pembentukan Sulawesi beserta pulau-pulau satelitnya mulai disadari bahwa hasil pengamatannya terhadap kekhasan flora-fauna Sulawesi yang berbeda dengan pulau besar lainnya.
"Ini sebuah karya ilmiah yang fenomenal yang menjadikan Wallace sebagai ilmuwan peletak dasar ilmu biografi yang mempelajari penyebaran flora dan fauna di kawasan itu," imbuh Agus.
Karena itu, lanjutnya, warisan terbesar penemu asal Amerika ini justru merupakan sejarah yang terlupakan namun kemudian diangkat ke permukaan oleh BJ. Habibie, salah satu putra Sulawesi pada tahun 1992 dengan mengabadikan nama Wallace menjadi sebuah lembaga bernama 'Yayasan Pengembangan Wallaccea'.
Kegiatan penemuan di bidang medis dari keaneka-ragaman hayati kelautan merupakan bukti nyata pentingnya Wallace digali dan diteliti para peneliti di bidang tersebut, termasuk dari LIPI guna melanjutkan dan mengembangkan penelitian biologi seperti yang pernah dilakukan Alfred Russel dar kepulauan Raja Ampat hingga Maluku.
"Kita berharap hasil penelitian itu dapat bermanfaat bagi kemaslahatan dan kemakmuran rakyat Indonesia," ujarnya seraya mengajak peneliti dari berbagai Perguruan Tinggi khususnya di Kawasan Timur Indonesia (KTI) untuk bergabung dalam ekspedisi penelitian dari LIPI guna menggali potensi alam di wilayah Wallacea.
Menurut mantan Ketua DPRD Sulsel, kawasan Wallacea masih menjanjikan terciptanya karya-karya baru di bidang ini yang lebih bersejarah bagi masa depan bangsa Indonesia.
Ia mengajak peserta konferensi tersebut khususnya dari negara sahabat yang ikut dalam pertemuan ini untuk menyempatkan waktu mengunjungi Taman Nasional Bantimurung kabupaten Maros, 35 kilometer utara Makassar, yang memiliki keaneka-ragaman hayati yang merupakan salah satu tempat AR. Wallace mengadakan penelitian sebelum melanjutkan perjalanannya ke Sulawesi Utara dan Kepulauan Maluku.
Peserta International Conference on Alfred Russel Wallace and The Wallacea yang diikuti sekitar 200 orang peneliti dari berbagai negara, dirangkaikan memperingati 150 tahun 'Letter From Ternate' yang ditulis Wallace. (inilah.com)
0 komentar :
Posting Komentar