Sebuah gereja megah senilai jutaan dolar diresmikan Sabtu (20/9) lalu di Indonesia, negara dengan populasi penduduk Muslim terbesar di dunia, dengan mengadakan sebuah ibadah yang dihadiri sekitar 4000 orang yang menyanyikan pujian dan membaca Alkitab.
Pendirian Katedral Mesias yang megah di Jakarta tersebut digagas oleh evangelis Indonesia keturunan China, Stephen Tong, yang mengatakan tujuan pembangunan gereja tersebut untuk menepis kesalahpahaman yang mengatakan bahwa Indonesia tidak toleran terhadap agama minoritas.
"Hal ini membuktikan bahwa tidak ada hambatan dari pemerintah Indonesia untuk membangun tempat pusat peribadatan," kata Tong, evangelis terkemuka pendiri Gereja Reformed Injili pada 1989.
"Hal ini juga ingin memberikan kesan baru kepada dunia terhadap Indonesia: bahwa Indonesia bukanlah suatu negara yang melulu kacau atau penuh dengan permasalahan," kata Tong, menurut Reuters.
Sebagaimana dikutip Reuters, pembangunan gereja ini telah memakan waktu 16 tahun bagi Tong untuk mendapatkan lampu hijau dari pemerintah yang berwenang di Indonesia.
"Gereja-gereja lainnya di Indonesia kebanyakan didirikan oleh Belanda dan sampai saat ini kebanyakan dari mereka masih mengandalkan pembiayaan dari luar negeri. Namun gereja kami tidak bergantung kepada pendanaan luar negeri," kata Tong.
"Ini adalah satu-satunya gereja nasional di Indonesia yang dibiayai sendiri oleh jemaatnya, karena uangnya berasal dari Indonesia, desainnya dari Indonesia, bahan-bahannya dari Indonesia. Tidak ada bantuan dari luar negeri," kata Tong.
Gereja besar, yang mampu menghimpun ribuan orang saat pujian penyembahan pada ibadah Minggu, sudah sangat popular di Amerika Serikat, khususnya di pinggiran kota dan kota-kota kecil di mana mereka sering menggunakannya sebagai sebuah pusat kegiatan masyarakat. Kebanyakan merupakan aliran yang bukan Injili atau Pantekosta, dengan beberapa memiliki hubungan dengan Southern Baptists.
Ibadah yang berlangsung di aula yang besar biasanya memiliki ciri khas kotbahnya mengharukan dan sedikit lebih menekankan pada musik penyembahan modern daripada hymne tradisional. Para kritikus seringkali menganggap gereja-gereja besar biasanya memiliki kotbah yang dangkal dan lebih menekankan pada hiburannya daripada agama.
Beberapa pakar mengatakan berdirinya mega-gereja di Indonesia merupakan suatu tanda semakin meningkatnya kepercayaan diri dikalangan komunitas Kristen di Indonesia, sementara pihak lain mengatakan bahwa hal tersebut justru dapat berubah memicu kemarahan keras dan ketakutan di dalam negara yang mayoritas adalah Muslim.
WNI Keturunan
Stephen Tong adalah seorang pendeta Kristen yang dilahirkan di propinsi Fujian pada 1940. Ia menjadi warganegara Indonesia dan saat ini tinggal di Jakarta dan dikenal salah satu tokoh teologi reformed terkemuka, mengadakan seminar-seminar secara teratur setiap tahun dan mendirikan Gereja Reformed Injili Indonesia (GRII). Kakaknya Caleb Tong adalah pendeta di Gereja Kristen Injili Indonesia di Bandung.
Tong dikenal sebagai pengritik keras gerakan Karismatik, New Age Movement, Postmodernisme, seni kontemporer, psikologi, budaya Barat, budaya Timur, filosofi, dan teologi kemakmuran. Ia menulis banyak lagu gereja dan merancang beberapa bangunan gereja.
Tong sering menyampaikan kotbah dalam bahasa Indonesia, Mandarin, dialek Fujian, dan Inggris. Gereja Mesias yang megah tersebut berlokasi di pusat bisnis Kemayoran, Jakarta.
Sumber: hidayatullah.com
0 komentar :
Posting Komentar