Bagi Puteri Indonesia 2005, Nadine Chandrawinta, tidak mandi selama dua hari ternyata bukan masalah. Hal itu rela dilakukannya untuk melihat penyu-penyu naik ke pantai untuk menggali sarang dan bertelur.
Ketika mendapat kesempatan untuk menyaksikan peristiwa alam yang sangat berharga baginya itu, Nadine memang tak peduli lagi dengan keharusannya mandi. "Itu terjadi di Pulau Anano saat bulan purnama. Bukan hanya tidak mandi, aku juga tidur di rumah kayu, dan tanpa makanan enak," kenangnya.
Untuk bisa menyaksikan momen spesial tersebut, lanjut Nadine, tidak boleh ada suara ataupun cahaya kecuali yang datang dari alam. "Karena, kalau merasa terganggu, mereka akan mencari tempat lain," kenang Nadine lagi. "Menyenangkan," imbuhnya.
Sejak kecil, gadis kelahiran Hannover (Jerman), 8 Mei 1984, ini memang sangat menyukai segala sesuatu yang berhubungan dengan air, terutama laut. Bagi Nadine, laut merupakan bagian dari dunia yang memiliki pemandangan alam yang sangat indah.
"Setiap laut memiliki keindahan dan keistimewaan masing-masing. Tapi, biasanya, kalau aku menyelam aku selalu mencari bintang laut yang berwarna biru atau totol-totol kuning untuk kufoto dan masukkan ke dalam album untuk kukoleksi," cerita Nadine.
Penjelajahannya ke dunia bawah laut telah sampai ke pelosok negeri ini, dari Pulau Weh, Pulau Wakatobi, Pulau Wangi-wangi, hingga Pulau Rundum. Ia merasa dirinya telah menjadi bagian dari laut. Makanya, selain menyalurkan kecintaannya kepada laut lewat aksi menyelam, ia juga memberi penyuluhan ke kampung-kampung nelayan untuk melestarikan ekosistem laut.
"Dua kali aku melakukan penyuluhan ke Pulau Wakatobi, aku telah menemukan perbedaan yang signifikan dari perilaku dan pola berpikir masyarakat setempat, walaupun pada hal-hal simpel seperti tidak membuang sampah sembarangan dan menangkap ikan dengan cara yang benar. Kita memang harus bersahabat dengan laut," paparnya. Penyuluhannya tersebut masih terus dilakukannya di setiap pulau yang disinggahinya.(kompas.com)
0 komentar :
Posting Komentar