Meringkuk di sel tahanan sejak kasus mutilasi dan pembunuhan berantai terungkap oleh polisi, membuat pembunuh berantai asal Jatiwates, Jombang, Very Idam Henyansyah alias Ryan (30), tak bisa lagi menikmati kehidupan seperti saat dia masih kos di kamar yang disewa Rp 2,6 juta sebulan.
Di kantor polisi, Ryan harus menahan hasratnya bercinta dengan Noval Andreas, pacarnya, yang sejak Minggu (27/7) lalu mendampinginya di Polda Jatim. Jika selama ini polisi selalu memenuhi beragam permintaan Ryan, termasuk keinginan agar Noval diboyong ke Surabaya untuk mendampinginya, untuk hal yang satu ini Ryan terpaksa harus menahan berahinya.
Kepada polisi yang menjaganya, Ryan menyatakan ingin berhubungan badan dengan Noval. Itu dianggapnya wajar karena mereka adalah sepasang kekasih yang saling mencintai. ”Tapi ya enggaklah. Kalau berpelukan atau ciuman silakan saja. Tapi untuk yang itu kita tidak mengizinkan. Masak di ruang Kasat (Kasat Pidum Ditreskrim) mau begituan,” ujar seorang polisi, Senin (4/8).
Karena hasrat mereka tak terpenuhi, pasangan homoseksual itu terpaksa melampiskan nafsu berahinya dengan berpelukan, berciuman, dan saling meraba. ”Dia biasa saja kalau seperti itu. Enggak malu-malu meski banyak orang di sekitarnya,” ujarnya.
Sikap Ryan dan Noval juga sudah biasa saat di ruang penyidik Polda Jatim. Keduanya tak lagi takut dan depresi seperti saat pertama di bawa ke kantor polisi. Bahkan, sikap manja Ryan semakin menjadi-jadi karena tak hanya Noval yang menjadi tambatan hatinya. Setelah beberapa hari diboyong ke Polda Jatim, Ryan mulai kesengsem dengan seorang anggota polwan dari Satpidum Ditreskrim.
Polwan yang sudah dianggap seperti ibu kandung sendiri itu selama ini menjadi tempat curhat keduanya. ”Ryan maupun Noval sama saja manjanya (terhadap sang polwan),” katanya lagi.
Pasangan ini sempat tak mau makan saat ditinggal sang polwan ke Jakarta. Aksi mogok itu kemarin kembali ditunjukkan Ryan saat dia menghadapi pemeriksaan dengan alat pendeteksi kebohongan (lie detector) di Labfor Cabang Surabaya di Polda. Ryan yang terlihat gugup saat perangkat lie detector dipasang di lengannya enggan menjawab pertanyaan petugas labfor. ”Dia sempat shock. Katanya takut disetrum saat ditempeli alat itu. Dia mau berbicara asal ibu itu mendampinginya. Ya sudah, akhirnya kita telepon dia (polwan), dan dia (Ryan) baru mau bicara,” ujar seorang petugas di labfor.
Awalnya, Ryan hanya seorang diri saat pemeriksaan itu. Noval yang selama ini mendampingi saat pemeriksaan di ruang penyidik Satpidum Ditreskrim kemarin tak disertakan. ”Kami khawatir justru tak obyektif kalau ada Noval,” kata Direskrim Polda Jatim Kombes Rusli Nasution.
Kendati demikian, pemeriksaan dengan lie detector yang dimulai pukul 09.12 hasilnya tidak seperti yang diharapkan. Dari 10 pertanyaan yang disiapkan penyidik, hanya enam pertanyaan yang terjawab. ”Itu pun NDI (no deception indication),atau tidak ada kebohongan. Tapi kami akan memeriksa ulang sampai tiga kali,” ujar Kepala Labfor Polri Cabang Surabaya Kombes Ir Bambang Wahyu Suprapto.
Tidak terjawabnya seluruh pertanyaan yang disiapkan petugas lantaran Ryan mengaku tidak bisa konsentrasi. Setelah mengatakan ingin didampingi polwan yang jadi tambatan hatinya, anak Akhmad Sadikun-Kasiatun ini mengaku kangen dengan Noval. Padahal, petugas labfor sudah berupaya membuat Ryan cukup nyaman selama menjalani pemeriksaan. Seluruh permintaan Ryan dikabulkan penyidik, seperti kue sus, donat, jus durian, serta sop buntut.
Makanan itu dilahap habis. Setelah itu, Ryan dipersilakan bernyanyi dan tiduran agar rileks. Tapi tidak tuntasnya pemeriksaan ini bukan berarti pemeriksaan terhadap Ryan gagal dilakukan. ”Kalau gagal sih tidak, tapi memang belum maksimal karena Ryan merasa saat di dalam ruangan tidak nyaman. Saya sudah sampaikan ke Kasat Pidum untuk minta waktu selama tiga hari dalam memeriksa Ryan,” ujar Bambang Wahyu.
Untuk menyiapkan pemeriksaan hari ini, petugas labfor menawarkan kepada Ryan, ingin didampingi polwan atau Noval. ”Kalau memang kangen sama Noval, silakan hari ini dipertemukan agar besok (hari ini) bisa lebih santai dalam menjalani pemeriksaan," katanya
Sumber: www.kompas.com
Di kantor polisi, Ryan harus menahan hasratnya bercinta dengan Noval Andreas, pacarnya, yang sejak Minggu (27/7) lalu mendampinginya di Polda Jatim. Jika selama ini polisi selalu memenuhi beragam permintaan Ryan, termasuk keinginan agar Noval diboyong ke Surabaya untuk mendampinginya, untuk hal yang satu ini Ryan terpaksa harus menahan berahinya.
Kepada polisi yang menjaganya, Ryan menyatakan ingin berhubungan badan dengan Noval. Itu dianggapnya wajar karena mereka adalah sepasang kekasih yang saling mencintai. ”Tapi ya enggaklah. Kalau berpelukan atau ciuman silakan saja. Tapi untuk yang itu kita tidak mengizinkan. Masak di ruang Kasat (Kasat Pidum Ditreskrim) mau begituan,” ujar seorang polisi, Senin (4/8).
Karena hasrat mereka tak terpenuhi, pasangan homoseksual itu terpaksa melampiskan nafsu berahinya dengan berpelukan, berciuman, dan saling meraba. ”Dia biasa saja kalau seperti itu. Enggak malu-malu meski banyak orang di sekitarnya,” ujarnya.
Sikap Ryan dan Noval juga sudah biasa saat di ruang penyidik Polda Jatim. Keduanya tak lagi takut dan depresi seperti saat pertama di bawa ke kantor polisi. Bahkan, sikap manja Ryan semakin menjadi-jadi karena tak hanya Noval yang menjadi tambatan hatinya. Setelah beberapa hari diboyong ke Polda Jatim, Ryan mulai kesengsem dengan seorang anggota polwan dari Satpidum Ditreskrim.
Polwan yang sudah dianggap seperti ibu kandung sendiri itu selama ini menjadi tempat curhat keduanya. ”Ryan maupun Noval sama saja manjanya (terhadap sang polwan),” katanya lagi.
Pasangan ini sempat tak mau makan saat ditinggal sang polwan ke Jakarta. Aksi mogok itu kemarin kembali ditunjukkan Ryan saat dia menghadapi pemeriksaan dengan alat pendeteksi kebohongan (lie detector) di Labfor Cabang Surabaya di Polda. Ryan yang terlihat gugup saat perangkat lie detector dipasang di lengannya enggan menjawab pertanyaan petugas labfor. ”Dia sempat shock. Katanya takut disetrum saat ditempeli alat itu. Dia mau berbicara asal ibu itu mendampinginya. Ya sudah, akhirnya kita telepon dia (polwan), dan dia (Ryan) baru mau bicara,” ujar seorang petugas di labfor.
Awalnya, Ryan hanya seorang diri saat pemeriksaan itu. Noval yang selama ini mendampingi saat pemeriksaan di ruang penyidik Satpidum Ditreskrim kemarin tak disertakan. ”Kami khawatir justru tak obyektif kalau ada Noval,” kata Direskrim Polda Jatim Kombes Rusli Nasution.
Kendati demikian, pemeriksaan dengan lie detector yang dimulai pukul 09.12 hasilnya tidak seperti yang diharapkan. Dari 10 pertanyaan yang disiapkan penyidik, hanya enam pertanyaan yang terjawab. ”Itu pun NDI (no deception indication),atau tidak ada kebohongan. Tapi kami akan memeriksa ulang sampai tiga kali,” ujar Kepala Labfor Polri Cabang Surabaya Kombes Ir Bambang Wahyu Suprapto.
Tidak terjawabnya seluruh pertanyaan yang disiapkan petugas lantaran Ryan mengaku tidak bisa konsentrasi. Setelah mengatakan ingin didampingi polwan yang jadi tambatan hatinya, anak Akhmad Sadikun-Kasiatun ini mengaku kangen dengan Noval. Padahal, petugas labfor sudah berupaya membuat Ryan cukup nyaman selama menjalani pemeriksaan. Seluruh permintaan Ryan dikabulkan penyidik, seperti kue sus, donat, jus durian, serta sop buntut.
Makanan itu dilahap habis. Setelah itu, Ryan dipersilakan bernyanyi dan tiduran agar rileks. Tapi tidak tuntasnya pemeriksaan ini bukan berarti pemeriksaan terhadap Ryan gagal dilakukan. ”Kalau gagal sih tidak, tapi memang belum maksimal karena Ryan merasa saat di dalam ruangan tidak nyaman. Saya sudah sampaikan ke Kasat Pidum untuk minta waktu selama tiga hari dalam memeriksa Ryan,” ujar Bambang Wahyu.
Untuk menyiapkan pemeriksaan hari ini, petugas labfor menawarkan kepada Ryan, ingin didampingi polwan atau Noval. ”Kalau memang kangen sama Noval, silakan hari ini dipertemukan agar besok (hari ini) bisa lebih santai dalam menjalani pemeriksaan," katanya
Sumber: www.kompas.com
0 komentar :
Posting Komentar