Olimpiade merupakan puncak perhelatan olahraga dunia. Ribuan atlet terbaik hadir guna berjuang mencetak prestasi setinggi mungkin. Namun, sepanjang sejarahnya, Olimpiade bukan ajang olahraga semata, tetapi mampu memberi dampak yang jauh melampaui dunia olahraga.
Pengaruh Olimpiade menyentuh berbagai aspek kehidupan, termasuk politik, ekonomi, dan sosial. Mengingat dimensinya yang begitu luas, naif rasanya jika Olimpiade melulu dilihat sebagai peristiwa olahraga.
Arti penting Olimpiade semacam itu sungguh disadari oleh China. Dengan menjadi tuan rumah Olimpiade, China merasa dapat memamerkan kepada seluruh dunia tentang kemajuan yang telah dicapai mereka sebagai sebuah bangsa.
Sejak 1993, Beijing memulai perjuangan untuk menjadi tuan rumah Olimpiade. Sayangnya, dalam pemilihan tuan rumah Olimpiade 2000 itu, Beijing gagal. Mereka kalah dari Sydney.
Baru pada 2001 Beijing mendapatkan harapannya menjadi tuan rumah Olimpiade. Dalam pemilihan itu, mereka mengalahkan Paris (Perancis), Osaka (Jepang), Toronto (Kanada), dan Istanbul (Turki).
"Kemenangan dalam pemilihan tuan rumah Olimpiade adalah sebuah contoh pengakuan internasional akan stabilitas sosial China, kemajuan ekonomi China, dan kehidupan rakyat China yang sehat," ucap Wakil Perdana Menteri China Li Lanqing seusai pemilihan di Moskwa, 2001.
Pemilihan tuan rumah Olimpiade 2008 barulah langkah awal. Untuk menjadi tuan rumah yang baik sehingga dikenang sepanjang masa, China menghadapi pekerjaan sangat berat karena harus membangun banyak infrastruktur. Belum lagi, sesuai janji China untuk menggelar Olimpiade yang hijau, mereka harus memperbaiki kualitas lingkungan hidup di Beijing. Ini bukan pekerjaan mudah karena Beijing termasuk teratas dalam daftar kota berpolusi tinggi di dunia.
Pemerintah China segera mengucurkan 40 miliar dollar AS untuk pembangunan infrastruktur baru. Mereka juga menyediakan 13 miliar dollar AS lebih untuk memperbaiki kualitas lingkungan, yang meliputi pembongkaran dan pemindahan pabrik-pabrik serta menanam puluhan juta pohon baru.
Beijing mendapat dana khusus 40 juta dollar AS dari Pemerintah China untuk pembangunan 3.700 toilet baru di penjuru kota. Semua pengeluaran itu menempatkan Olimpiade 2008 sebagai Olimpiade dengan biaya penyelenggaraan termahal.
Upaya China menjadi tuan rumah yang baik tak hanya meliputi usaha pembangunan fisik. Mereka juga berusaha mengubah kebiasaan warga Beijing, yang dinilai tidak disukai orang asing. Surat kabar The Wall Street Journal menulis, pemerintah mendistribusikan 4,3 juta buku panduan mengenai hal-hal yang tak boleh dilakukan warga selama Olimpiade berlangsung.
Delapan hal tabu
Warga, misalnya, tak diperbolehkan memakai pakaian dengan lebih dari tiga warna berbeda. Buku ini juga menyebut warga tak boleh memakai kaus kaki putih yang dipadukan dengan sepatu hitam atau memakai piama di tempat umum.
Buku panduan menyarankan warga Beijing tidak menanyai "delapan hal tabu" kepada orang asing, antara lain usia, status, serta keyakinan politik atau agama. Tak ketinggalan, buku etiket itu juga menyarankan warga yang akan masuk ke dalam lift untuk membiarkan orang yang berada di dalam keluar terlebih dahulu.
Guna membuat Beijing sebagai tempat nyaman bagi sekitar 400.000 orang asing yang datang selama Olimpiade digelar, pemerintah setempat mengeluarkan aturan denda 50 yuan bagi warga yang meludah di area publik.
Hasil pembangunan fisik
Berhasil tidaknya usaha memperbaiki perilaku warga mungkin baru terlihat selama Olimpiade berlangsung nanti. Namun, di bidang pembangunan fisik, usaha keras pemerintah Beijing sudah dapat dilihat hasilnya.
Di bagian utara Beijing, tepatnya di dalam Taman Olimpiade (Olympic Green), berdiri megah stadion utama Olimpiade, tempat lomba atletik dan pertandingan sepak bola digelar. Stadion rancangan firma arsitektur Swiss itu menjadi ikon penting Olimpiade 2008 karena desainnya yang sangat khas, menyerupai sarang burung sehingga dijuluki Bird Nest.
Total ada 31 venue atau arena pertandingan di Beijing yang disiapkan untuk Olimpiade. Jumlah ini termasuk 12 stadion baru di Beijing. Di luar ibu kota, ada enam venue dibangun di Shanghai, Tianjin, Hongkong, dan Qinhuangdao. "Beijing kini siap menunjukkan kepada dunia luar kemajuan ekonomi dan sosialnya," ujar Wakil Direktur Media Panitia Olimpiade Beijing 2008 Sun Weide, seperti dikutip Canwest News Service.
Untuk mewujudkan itu, pembangunan dilaporkan melibatkan 1,3 juta pekerja di 7.000 lokasi bangunan. Satu juta orang harus pindah demi kelancaran pembangunan. Selama pembangunan, enam pekerja dilaporkan tewas akibat kecelakaan kerja.
China adalah bangsa dengan sejarah panjang. Riwayat mereka dimulai sejak enam ribu tahun lalu. Dalam rentang masa enam ribu tahun itu, bukan baru kali ini China berusaha habis-habisan memamerkan kemajuan mereka kepada dunia.
Pada perayaan Tahun Baru China 1421, China mendatangkan dan menjamu dengan mewah raja serta duta besar dari Asia, Arab, Afrika, dan negara kawasan Samudra Hindia. Mereka diundang untuk menghadiri peresmian Kota Terlarang yang begitu spektakuler (1421 Saat China Menemukan Dunia, Gavin Menzies).
Pada masa itu, saat Eropa masih termasuk wilayah terbelakang, China melakukan perjalanan keliling dunia dengan sejumlah armada yang berkekuatan ribuan kapal raksasa. Selain Kaisar Zhu Di, tokoh utama dalam era keemasan bangsa China itu adalah Laksamana Cheng Ho.
Olimpiade Beijing sepertinya sejarah China yang berulang. Dalam ajang yang dibuka 8 Agustus 2008 itu, bangsa China melakukan apa yang pernah dilakukan nenek moyang mereka dahulu.
Sumber: www.kompas.com
Pengaruh Olimpiade menyentuh berbagai aspek kehidupan, termasuk politik, ekonomi, dan sosial. Mengingat dimensinya yang begitu luas, naif rasanya jika Olimpiade melulu dilihat sebagai peristiwa olahraga.
Arti penting Olimpiade semacam itu sungguh disadari oleh China. Dengan menjadi tuan rumah Olimpiade, China merasa dapat memamerkan kepada seluruh dunia tentang kemajuan yang telah dicapai mereka sebagai sebuah bangsa.
Sejak 1993, Beijing memulai perjuangan untuk menjadi tuan rumah Olimpiade. Sayangnya, dalam pemilihan tuan rumah Olimpiade 2000 itu, Beijing gagal. Mereka kalah dari Sydney.
Baru pada 2001 Beijing mendapatkan harapannya menjadi tuan rumah Olimpiade. Dalam pemilihan itu, mereka mengalahkan Paris (Perancis), Osaka (Jepang), Toronto (Kanada), dan Istanbul (Turki).
"Kemenangan dalam pemilihan tuan rumah Olimpiade adalah sebuah contoh pengakuan internasional akan stabilitas sosial China, kemajuan ekonomi China, dan kehidupan rakyat China yang sehat," ucap Wakil Perdana Menteri China Li Lanqing seusai pemilihan di Moskwa, 2001.
Pemilihan tuan rumah Olimpiade 2008 barulah langkah awal. Untuk menjadi tuan rumah yang baik sehingga dikenang sepanjang masa, China menghadapi pekerjaan sangat berat karena harus membangun banyak infrastruktur. Belum lagi, sesuai janji China untuk menggelar Olimpiade yang hijau, mereka harus memperbaiki kualitas lingkungan hidup di Beijing. Ini bukan pekerjaan mudah karena Beijing termasuk teratas dalam daftar kota berpolusi tinggi di dunia.
Pemerintah China segera mengucurkan 40 miliar dollar AS untuk pembangunan infrastruktur baru. Mereka juga menyediakan 13 miliar dollar AS lebih untuk memperbaiki kualitas lingkungan, yang meliputi pembongkaran dan pemindahan pabrik-pabrik serta menanam puluhan juta pohon baru.
Beijing mendapat dana khusus 40 juta dollar AS dari Pemerintah China untuk pembangunan 3.700 toilet baru di penjuru kota. Semua pengeluaran itu menempatkan Olimpiade 2008 sebagai Olimpiade dengan biaya penyelenggaraan termahal.
Upaya China menjadi tuan rumah yang baik tak hanya meliputi usaha pembangunan fisik. Mereka juga berusaha mengubah kebiasaan warga Beijing, yang dinilai tidak disukai orang asing. Surat kabar The Wall Street Journal menulis, pemerintah mendistribusikan 4,3 juta buku panduan mengenai hal-hal yang tak boleh dilakukan warga selama Olimpiade berlangsung.
Delapan hal tabu
Warga, misalnya, tak diperbolehkan memakai pakaian dengan lebih dari tiga warna berbeda. Buku ini juga menyebut warga tak boleh memakai kaus kaki putih yang dipadukan dengan sepatu hitam atau memakai piama di tempat umum.
Buku panduan menyarankan warga Beijing tidak menanyai "delapan hal tabu" kepada orang asing, antara lain usia, status, serta keyakinan politik atau agama. Tak ketinggalan, buku etiket itu juga menyarankan warga yang akan masuk ke dalam lift untuk membiarkan orang yang berada di dalam keluar terlebih dahulu.
Guna membuat Beijing sebagai tempat nyaman bagi sekitar 400.000 orang asing yang datang selama Olimpiade digelar, pemerintah setempat mengeluarkan aturan denda 50 yuan bagi warga yang meludah di area publik.
Hasil pembangunan fisik
Berhasil tidaknya usaha memperbaiki perilaku warga mungkin baru terlihat selama Olimpiade berlangsung nanti. Namun, di bidang pembangunan fisik, usaha keras pemerintah Beijing sudah dapat dilihat hasilnya.
Di bagian utara Beijing, tepatnya di dalam Taman Olimpiade (Olympic Green), berdiri megah stadion utama Olimpiade, tempat lomba atletik dan pertandingan sepak bola digelar. Stadion rancangan firma arsitektur Swiss itu menjadi ikon penting Olimpiade 2008 karena desainnya yang sangat khas, menyerupai sarang burung sehingga dijuluki Bird Nest.
Total ada 31 venue atau arena pertandingan di Beijing yang disiapkan untuk Olimpiade. Jumlah ini termasuk 12 stadion baru di Beijing. Di luar ibu kota, ada enam venue dibangun di Shanghai, Tianjin, Hongkong, dan Qinhuangdao. "Beijing kini siap menunjukkan kepada dunia luar kemajuan ekonomi dan sosialnya," ujar Wakil Direktur Media Panitia Olimpiade Beijing 2008 Sun Weide, seperti dikutip Canwest News Service.
Untuk mewujudkan itu, pembangunan dilaporkan melibatkan 1,3 juta pekerja di 7.000 lokasi bangunan. Satu juta orang harus pindah demi kelancaran pembangunan. Selama pembangunan, enam pekerja dilaporkan tewas akibat kecelakaan kerja.
China adalah bangsa dengan sejarah panjang. Riwayat mereka dimulai sejak enam ribu tahun lalu. Dalam rentang masa enam ribu tahun itu, bukan baru kali ini China berusaha habis-habisan memamerkan kemajuan mereka kepada dunia.
Pada perayaan Tahun Baru China 1421, China mendatangkan dan menjamu dengan mewah raja serta duta besar dari Asia, Arab, Afrika, dan negara kawasan Samudra Hindia. Mereka diundang untuk menghadiri peresmian Kota Terlarang yang begitu spektakuler (1421 Saat China Menemukan Dunia, Gavin Menzies).
Pada masa itu, saat Eropa masih termasuk wilayah terbelakang, China melakukan perjalanan keliling dunia dengan sejumlah armada yang berkekuatan ribuan kapal raksasa. Selain Kaisar Zhu Di, tokoh utama dalam era keemasan bangsa China itu adalah Laksamana Cheng Ho.
Olimpiade Beijing sepertinya sejarah China yang berulang. Dalam ajang yang dibuka 8 Agustus 2008 itu, bangsa China melakukan apa yang pernah dilakukan nenek moyang mereka dahulu.
Sumber: www.kompas.com
0 komentar :
Posting Komentar