Saudi Binladin Group mengincar lahan seluas 500.000 hektare untuk mengembangkan pertanian padi dengan investasi sekitar US$4,37 miliar di Merauke, Papua.
Lima delegasi dari grup usaha asal Timur Tengah yang didirikan pada 1950 oleh Mohammed bin Laden, ayah Osama bin Laden, itu bertemu Mentan Anton Apriyantono kemarin di Jakarta untuk menjajaki kemungkinan pembukaan areal baru di Merauke.
Abu Baker S. Al-Hamed, Executive Managing Director Saudi Binladin Group, menyatakan Indonesia memiliki potensi besar pengembangan agribisnis.
"Indonesia dan Arab Saudi mempunyai hubungan dekat. Kami datang untuk melihat kemungkinan kerja sama. Indonesia adalah negara pertama yang kami datangi untuk kepentingan itu," katanya seusai pertemuan dengan Mentan kemarin.
Utusan Khusus Presiden RI untuk Timur Tengah, Alwi Shihab, yang juga menyertai rombongan, mengatakan Binladin Group merupakan perusahaan besar yang sangat dekat dengan pemerintah negara setempat dan telah dipercaya untuk menggarap proyek besar.
Dalam pertemuan dengan Mentan, wakil perusahaan ini menyampaikan keinginannya untuk membuka areal pertanian padi dengan luas lahan minimal 500.000 ha.
"Sudah diperhitungkan kebutuhan investasi minimal US$4,37 juta per 5.000 ha. Jadi kalau yang mereka inginkan minimal 500.000 hektare, maka modal yang dibutuhkan kira-kira US$4,37 miliar," ujar Alwi.
Mentan Anton Apriyantono menuturkan pemerintah menyiapkan beberapa alternatif daerah lain untuk mengakomodasi keinginan investasi pengusaha itu. Selain Merauke, Fakfak juga berpotensi dijajaki untuk pembukaan lahan baru.
Binladin berkembang dan menjadi perusahaan penting di Arab Saudi setelah memenangi tender proyek penting pembangunan Kota Mekah dan Madinah.
Perusahaan yang dimotori keluarga Bakr bersama saudaranya Hassan, Yeslam, dan Yehia yang berkantor pusat di Riyadh ini membuka perwakilannya di London pada 1990. Nilai kapitalisasi kelompok usaha itu pada 2002 mencapai US$5 miliar, melibatkan sedikitnya 35.000 karyawan di seluruh dunia.
Tiga tahun lalu, Saudi Binladin Group memenangi kontrak pembangunan kota bisnis King Abdullah senilai US$26,6 miliar bersama konsorsium Saudi dan Emirati.
Sumber: www.bisnis.com
Lima delegasi dari grup usaha asal Timur Tengah yang didirikan pada 1950 oleh Mohammed bin Laden, ayah Osama bin Laden, itu bertemu Mentan Anton Apriyantono kemarin di Jakarta untuk menjajaki kemungkinan pembukaan areal baru di Merauke.
Abu Baker S. Al-Hamed, Executive Managing Director Saudi Binladin Group, menyatakan Indonesia memiliki potensi besar pengembangan agribisnis.
"Indonesia dan Arab Saudi mempunyai hubungan dekat. Kami datang untuk melihat kemungkinan kerja sama. Indonesia adalah negara pertama yang kami datangi untuk kepentingan itu," katanya seusai pertemuan dengan Mentan kemarin.
Utusan Khusus Presiden RI untuk Timur Tengah, Alwi Shihab, yang juga menyertai rombongan, mengatakan Binladin Group merupakan perusahaan besar yang sangat dekat dengan pemerintah negara setempat dan telah dipercaya untuk menggarap proyek besar.
Dalam pertemuan dengan Mentan, wakil perusahaan ini menyampaikan keinginannya untuk membuka areal pertanian padi dengan luas lahan minimal 500.000 ha.
"Sudah diperhitungkan kebutuhan investasi minimal US$4,37 juta per 5.000 ha. Jadi kalau yang mereka inginkan minimal 500.000 hektare, maka modal yang dibutuhkan kira-kira US$4,37 miliar," ujar Alwi.
Mentan Anton Apriyantono menuturkan pemerintah menyiapkan beberapa alternatif daerah lain untuk mengakomodasi keinginan investasi pengusaha itu. Selain Merauke, Fakfak juga berpotensi dijajaki untuk pembukaan lahan baru.
Binladin berkembang dan menjadi perusahaan penting di Arab Saudi setelah memenangi tender proyek penting pembangunan Kota Mekah dan Madinah.
Perusahaan yang dimotori keluarga Bakr bersama saudaranya Hassan, Yeslam, dan Yehia yang berkantor pusat di Riyadh ini membuka perwakilannya di London pada 1990. Nilai kapitalisasi kelompok usaha itu pada 2002 mencapai US$5 miliar, melibatkan sedikitnya 35.000 karyawan di seluruh dunia.
Tiga tahun lalu, Saudi Binladin Group memenangi kontrak pembangunan kota bisnis King Abdullah senilai US$26,6 miliar bersama konsorsium Saudi dan Emirati.
Sumber: www.bisnis.com
0 komentar :
Posting Komentar