Dr Peter Obendorf dan Dr Ben Kefford, dari School of Applied Sciences, bekerja sama dengan Professor Charles Oxnard dari University of Western Australia’s Emeritus, menggarap karya tulis yang baru saja diterbitkan di British Journal, Proceedings of the Royal Society.
Fosil yang berupa manusia kecil dikatakan mewakili spesies primitif, yang sepenuhnya merupakan hal yang baru bagi ilmu pengetahuan ketika mereka ditemukan pada 2004.
Dikatakan oleh Dr Obendorf bahwa perbandingan antara fosil yang ditemukan dengan tulang manusia sekarang memberi kesan bahwa mereka memang manusia, dengan perawakan yang pendek dan karakteristik khusus, semacam kondisi yang mirip dengan kekurangan zat yodium.
“Dwarf Kretinisme memiliki karakteristik yang sangat mirip dengan manusia kecil (hobbit) Flores,” kata dosen senior.
“Kretinisme ini disebabkan oleh kekurangan zat yodium yang parah di masa kehamilan yang dikombinasi dengan sejumlah faktor lingkungan lain, seperti mengonsumsi makanan yang mengeluarkan asam sianida ke dalam tubuh dan meningkatkan serum tiosianat (Di dalam tubuh, asam sianida langsung dinetralkan oleh sulfur sehingga terbentuk ion tiosianat, namun pembentukan ion tiosianat ini dapat mengganggu penyerapan yodium oleh kelenjar tiroid).
“Dwarf Kretinisme tumbuh tidak lebih dari satu meter dan tulang mereka memiliki karakteristik khusus.
“Riset kami menyatakan bahwa fosil ini bukanlah jenis spesies baru tetapi lebih pada sisa-sisa kelompok manusia pemburu yang menderita kondisi tersebut.”
Dr Obendorf mulai bekerja sama dengan Profesor Oxnard segera setelah konferensi Masyarakat Australia & Asia tentang Biologi Manusia ( Australasian Society for Human Biology conference), di mana peneliti RMIT mencatat persamaan antara gambaran Fosil Flores dan ciri-ciri penderita kretin (kerdil). Dr Kefford mulai bergabung pada proyek ini satu tahun kemudian dan memberikan kontribusinya akan kemampuannya dalam melakukan analisa multi variabel.
Kretinisme telah banyak dihapus dari dunia barat melalui penambahan yodium ke makanan namun di negara-negara berkembang hal tersebut masih terjadi, di mana faktor lingkungan mengakibatkan populasi penduduk menderita kekurangan zat yodium yang penting.
Profesor Oxnard mengatakan bahwa kebanyakan mereka yang meneliti Fosil Flores memperhatikan genetika dan keturunannya untuk menjelaskan ciri-ciri khusus mereka.
“Hampir semua orang yang melihat fosil ini, memandang dari perspektif yang evolusiner,” katanya.
“Gagasan kami adalah bahwa ini adalah suatu problema lingkungan.”
Dr Obendorf mengatakan bahwa teorinya berhubungan dengan tradisi percakapan penduduk asli pulau Flores, di mana termasuk cerita tentang “orang kecil” yang karakternya sungguh serupa dengan Penderita Dwarf Kretin.
“Beberapa cerita tradisional dari penduduk lokal mungkin hanyalah suatu memori kuno dari suatu masa yang dilupakan, manakala penderita Kretin merupakan bagian yang umum dari populasi manusia di Flores,” ia berkata.
Sumber: www.erabaru.or.id
0 komentar :
Posting Komentar