(MEDAN) - Tahun 2025 Indonesia diperkirakan kehilangan generasi, jika penyalahgunaan narkoba belum juga mampu diatasi. “Bila generasi hilang maka bangsa ini akan dijajah kembali oleh bangsa asing. Data yang terhimpun, 45 persen remaja di Sumut menggunakan narkoba dan 15 ribu setiap tahunnya remaja Indonesia menjadi pemakai narkoba,” kata Fitriyanti Bidang Komunikasi dan Jaringan Pusat Informasi Masyarakat Anti Narkoba Sumatera Utara (Pimansu) di hadapan ratusan siswa yang mengikuti Masa Orientasi Sekolah (MOS) di SMKN-5 Jalan Timor Medan, Selasa (16/7). Hadir Kepala SMKN-5 Drs Maraguna Nasution serta ratusan siswa baru.
Dijelaskan, remaja sangat rentan terkena narkoba. Umumnya para bandar tidak bisa masuk ke sekolah untuk mengedarkan narkoba karena itu, mereka menggunakan para pengedar dan pengecer.
Untuk mengelabui pemakai pemula, lanjutnya, biasanya para pengecer memberikan narkoba secara gratis kepada konsumennya khususnya para pelajar. Jika cara ini berhasil, lambat laun para pemakai akan ketagihan dan mereka harus membeli. Bila mereka tidak mempunyai uang tetapi sudah ketagihan, maka cara yang efektif adalah mencuri, tidak menyetorkan uang sekolah atau langsung menjadi pengecer di lingkungan sekolah.
“Sistemnya seperti multi level marketing yakni dagangan berantai dengan memberi kemudahan awal. Begitu kecanduan akan mencari berbagai cara agar mampu membeli,” ujarnya.
Menurut Fitriyanti, dari beberapa kasus yang ada indikasi para pengecer itu umumnya para alumni sekolah yang bebas keluar masuk sekolah dan adik kelas merasa takut untuk menolak jika diberikan sesuatu. Tukang parkir bahkan warung-warung yang jaraknya sangat dekat dengan sekolah dan sebagian menggunakan jasa preman yang suka mangkal di dekat sekolah.
Para siswa perlu mempertimbangkan kehadiran alumni ke sekolah. Jika mengajak yang positif silahkan saja. Tetapi untuk yang negatif terutama narkoba harus segera mengatakan tidak. Bila sudah memakai dan kecanduan akan sulit untuk penyembuhan. Biaya penyembuhan juga mahal.
Selain pelajaran yang berantakan akibat pengaruh narkoba, siswapun cenderung agresif dan melawan pada guru serta orang tuanya. Kemudian nekad berbuat apa saja demi memenuhi keinginannya.
Kepala SMKN-5 Drs Maraguna Nasution menyebutkan, kegiatan MOS ini berlangsung selama 3 hari. Selain pengenalan lingkungan sekolah kepada siswa baru, sekaligus memberikan bimbingan dan ceramah serta ilmu pengetahuan pendukung pembelajaran siswa.
“Umumnya siswa menyahuti positif berbagai kegiatan dalam MOS, diharapkan mereka lebih terpacu untuk menimba ilmu setelah masa orientasi selesai,” kata Maraguna.
Sumber: www.waspada.co.id
Dijelaskan, remaja sangat rentan terkena narkoba. Umumnya para bandar tidak bisa masuk ke sekolah untuk mengedarkan narkoba karena itu, mereka menggunakan para pengedar dan pengecer.
Untuk mengelabui pemakai pemula, lanjutnya, biasanya para pengecer memberikan narkoba secara gratis kepada konsumennya khususnya para pelajar. Jika cara ini berhasil, lambat laun para pemakai akan ketagihan dan mereka harus membeli. Bila mereka tidak mempunyai uang tetapi sudah ketagihan, maka cara yang efektif adalah mencuri, tidak menyetorkan uang sekolah atau langsung menjadi pengecer di lingkungan sekolah.
“Sistemnya seperti multi level marketing yakni dagangan berantai dengan memberi kemudahan awal. Begitu kecanduan akan mencari berbagai cara agar mampu membeli,” ujarnya.
Menurut Fitriyanti, dari beberapa kasus yang ada indikasi para pengecer itu umumnya para alumni sekolah yang bebas keluar masuk sekolah dan adik kelas merasa takut untuk menolak jika diberikan sesuatu. Tukang parkir bahkan warung-warung yang jaraknya sangat dekat dengan sekolah dan sebagian menggunakan jasa preman yang suka mangkal di dekat sekolah.
Para siswa perlu mempertimbangkan kehadiran alumni ke sekolah. Jika mengajak yang positif silahkan saja. Tetapi untuk yang negatif terutama narkoba harus segera mengatakan tidak. Bila sudah memakai dan kecanduan akan sulit untuk penyembuhan. Biaya penyembuhan juga mahal.
Selain pelajaran yang berantakan akibat pengaruh narkoba, siswapun cenderung agresif dan melawan pada guru serta orang tuanya. Kemudian nekad berbuat apa saja demi memenuhi keinginannya.
Kepala SMKN-5 Drs Maraguna Nasution menyebutkan, kegiatan MOS ini berlangsung selama 3 hari. Selain pengenalan lingkungan sekolah kepada siswa baru, sekaligus memberikan bimbingan dan ceramah serta ilmu pengetahuan pendukung pembelajaran siswa.
“Umumnya siswa menyahuti positif berbagai kegiatan dalam MOS, diharapkan mereka lebih terpacu untuk menimba ilmu setelah masa orientasi selesai,” kata Maraguna.
Sumber: www.waspada.co.id
0 komentar :
Posting Komentar